TUGAS
MAKALAH
PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI SAINTIFIK
Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd.,
M.Pd.
Nama Kelompok 1 :
1. Aisyah Diniyatul Hikmah (1431007)
2. Bhakti Dewi Prasidha (1431018)
3. Estu Yen Retno Asun (1431032)
4. Mochamad Hanafi Wicaksono
(1431051)
5. Renie Miftakhul Janah (1431066)
6. Umi
Masruroh (1431083)
STKIP PGRI SIDOARJO
PRODI MATEMATIKA 2014 – A
A.
SEJARAH METODE SCIENTIFIC
Metode scientificpertama kali diperkenalkan
ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abadke-19, sebagai penekanan pada metode
laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996;
Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki karakteristik “doingscience”.
Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses
pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau
tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008: 31).
Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.
B.
PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013)
memberikan konsepsi tersendiri bahwa
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup
komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta,
menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengkoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk
dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada
bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis.
C.
DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi
tahu.
Penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam
melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
D.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1)
Berpusat
pada siswa.
2)
Melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3)
Melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4)
Dapatmengembangkan
karakter siswa.
E.
TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah:
1)
Untuk
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.
2)
Untuk
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)
Terciptanya
kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan.
4)
Diperolehnya
hasil belajar yang tinggi.
5)
Untuk
melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah.
6)
Untuk
mengembangkan karakter siswa.
F.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
Pembelajaran
berpusat pada siswa.
2)
Pembelajaran
membentuk students’ self concept.
3)
Pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip.
4)
Pembelajaran
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5)
Pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
G.
KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kelebihan Pendekatan Saintifik adalah :
1. Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan
pendekatan saintifik secara benar.
2. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
H.
KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kekurangan Pendekatan Saintifik adalah :
1. Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami,
apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk
mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik.
I.
LANGKAH-LANGKAH UMUM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi
melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini
tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini,
tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran
disajikan sebagai berikut:
1.
Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a,
hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
2.
Menanya (Questioning)
Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang
yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan
dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan
yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari
situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa
ingin tahu peserta didik.
Kegiatan
“menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
Mengumpulkan
Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi”
merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
3.
Menalar (Associating)
Kegiatan
“mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini
dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini
juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis
dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah
banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori.
Menarik
kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi
dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
secara individual membuat kesimpulan.
4.
Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
(1)
Menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
(2)
Mempelajari
cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3)
Mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil- hasil eksperimen sebelumnya;
(4)
Melakukan
dan mengamati percobaan;
(5)
Mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
(6)
Menarik
simpulan atas hasil percobaan; dan
(7)
Membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
(1)
Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid,
(2)
Guru
bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan,
(3)
Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu,
(4)
Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid,
(5)
Guru
membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen,
(6)
Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
(7)
Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal
Kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a.
Persiapan
Menentapkan
tujuan eksperimen Mempersiapkan alat
atau bahan Mempersiapkan tempat
eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang
tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok
secara paralel atau bergiliran Memertimbangkan
masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko
yang mungkin timbul Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahapa- tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang
dilarang atau membahayakan.(Buku Pelatihan Implementasi Kurikulum: 208).
b.
Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan
mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan
terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c.
Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru.
Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik. Guru memberikan umpan balik
kepada peserta didik atas hasil eksperimen. Guru dan peserta didik
mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen. Guru dan
peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang
digunakan.
5.
Mengkomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan
scientific, guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
J.
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada
bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan
menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode
saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi
pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus
mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut,
sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan.
Kegiatan inti, merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam
proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti
dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan
siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan
inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau
prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan
yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep,
hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi
pelajaran yang dikuasai siswa.
K.
PENERAPAN
PENDEKATAN SAINTIFIKPADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP MATERI PECAHAN
Scientific
Mathematic merupakan
proyek Eropa yang melibatkkan kerjasamainterdisiplinary antara
matematika dan ilmu pengetahuan. Hal ini bertujuan untukmengembangkan
pembelajaran ke arah belajar yang komprehensif dan multidimensionalmengenai isi
dan konsep matematika. Ide dasarnya adalah untuk mendorong pembelajaranmatematika
dalam konteks ilmiah dan kegiatan siswa (Beckmann, 2009: 9). Kemudiandisebutkan
bahwa pendekatan ini mengaitkan antara matematika dengan ilmu
pengetahuan,sehingga siswa akan mempelajari matematika dengan cara yang
menarik. Belajar denganberkegiatan akan berkontribusi terhadap pemahaman
intuitif matematika siswa. Dengan kata lain, belajar matematika yang baik
adalah mengalami atau berkegiatan.
Pada
pembelajaran matematika, langkah – langkah pendekatan scientific ini
terdiri daripengumpulan data dari percobaan, pengembangan dan peyelidikan suatu
model matematikadalam bentuk representasi yang berbeda, dan refleksi (Beckmann
et al, 2009: 9). Pendekatanscientific pada kurikulum 2013 yang
diterapkan di Indonesia menjabarkan langkah-langkahpembelajaran tersebut
menjadi lima, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013).
L.
CONTOH PENGGUNAAN 5M DARI PEMBELAJARAN SAINTIFIK KEDALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Kita
ambil salah satu materi yang ada dalam pembelajaran matematika yakni materi
mengenai jaring-jaring kubus. Sebelumnya dalam proses belajar mengajar
tersebut, kita bisa membagi peserta didik menjadi 5 kelompok dan kita berinama
kelompok A B C D dan E. Setelah itu kita bagikan masing-masing kelompok 2 buah
kubus yang sama. Dan kita meminta mereka untuk menggunting ruas-ruas garis pada
sisi kubus tersebut tapi, jangan sampai ruas-ruas garis itu putus.
Berikut ini contoh penggunaan 5M pada
proses belajar mengajar tersebut
1.
Mengamati
Dalam proses ini mereka akan mengamati
kira-kira jika mereka menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus yang
berdekatan maka akan terbentuk suatu bangun datar.
2. Menanya
Masing-masing
anggota akan memberi pendapat ruas-ruas garis pada sisi yang mana yang akan
terlebih dahulu digunting. Sementara guru hanya memberi pengarahan saja.
3.
Mencoba
Setelah itu mereka akan mulai mencoba
menggunting ruas-ruas garis dari sisi yang telah mereka sepakati, misalnya dari
sisi bagian alas.
4.
Mengolah
Setelah semua sisi di gunting membentuk
jaring, kemudian mereka mencoba merangkai atau menyatukan kembali ruas-ruas
garis berdasarkan lipatan yang masih terlihat tersebut, apakah akan membentuk
suatu kubus kembali ? Jika ia, maka jaring-jaring yang mereka hasilkan
merupakan salah satu jaring-jaring kubus.
5.
Mempresentasikan
Setelah kegiatan diatas selesai, maka
mereka akan mempresentasikan hasil atau bentuk jaring-jaring kubus yang mereka
hasilkan. Dan tiap-tiap kelompok akan mempresentasikan hasilnya juga. Sehingga
akan di dapat jaring-jaring kubus yang berbeda.
Itulah salah satu contoh penerapan
saintifik dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR
PUSTAKA
Beckmann,
A et al. 2009. The ScienceMath Project. Germany: The ScienceMath-Group.
Bell,
F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics. Iowa:WBC
Hodson,
D. (1996). Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and
distortion.
Journal of Curriculum Studies, 28(2), 115-135.
Kemdikbud.
2013. Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs. Jakarta :Kemdikbud
Kemdikbud.
2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran . Jakarta:
Pusbangprodik.
PPPPTK-SB
Yogyakarta, (2013), Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pengawas
Sekolah, Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta 2013
PPPPTK
SB Yogyakarta. 2013. “Pendekatan & Startegi pembelajaran” Bahan Ajar Diklat
Calon Fasilitator TOT IN 2 Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan
Pengawas Lampiran IV ,Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81a Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
kekurangan kelebihan
Wynn casino opens in Las Vegas - FilmfileEurope
BalasHapusWynn's 벳 인포 first hotel casino in Las Vegas since opening its doors in 1996, Wynn Las 프로토 Vegas is 대딸 야동 the first 출장샵 hotel on the Strip to offer such a large selection หาเงินออนไลน์ of